Makalah Pembaharuan Dalam Pemikiran Islam
Istilah ' wahabi' sebenarnya bukan istilah baku dalam literatur Islam. Dan pengindentifikasian wahabi kepada sebagian umat Islam pun kurang objektif.
Dan orang-orang yang dijuluki sebagai 'wahabi' juga menolak penamaan ini kepada diri mereka. Gerakan paderi yang oleh ummat Islam dinilai sebagai salah satu gerakan anti kolonialisme ini dituduh terlibat dalam pembunuhan massal, pembantaian dan penjualan manusia.
Lebih lanjut lagi, Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusai yang merupakan pemimpin Paderi diminta untuk dipertanyakan dan dicopot statusnya sebagai pahlawan nasional. Kita belakangan makin sering men-dengar istilah baru: 'Islamisme.'
Istilah ini merujuk kepada fenomena di mana Islam dipandang sebagai ideologi, bukan sekadar agama. Istilah itu merujuk kepada ekspresi sosial dan politik Islam. Tapi istilah itu juga mengacu kepada penerapan prinsip-prinsip Islam dalam ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seterusnya.' Islamisme' makin menggeser 'funda-mentalisme,' yang sebelumnya populer.
'Fundamentalisme' berasal dari penolakan Kristen Evangelis di AS, di awal abad ke-20, terhadap dimasukkannya temuan-temuan sains mutakhir, seperti teori Darwin, ke dalam kurikulum sekolah. Ketika mereka kalah di pengadilan, mereka menerbitkan The Fundamentals of the Christian Faith, dari mana 'fundamentalisme' berasal. Penerapan 'fundamentalisme' untuk kasus Islam jelas tidak cocok, karena penger-tiannya jauh berbeda.Makna 'Islamisme' perlu ditegaskan kembali dan direhabilitasi. Keragamannya perlu digarisbawahi. Ini memang tidak akan sepenuhnya membebaskan kita dari simplifikasi.
Tetapi dengannya kita dimungkinkan untuk menisbatkan se-suatu secara lebih adil, fair, kepada seorang atau sekelompok Muslim.Tanggapan dominan pertama muncul dalam bentuk Wahabisme, paham dan gerakan Islam yang diinisiasikan Muhammad ibn Abd al-Wahhab pada abad ke-18. Paham ini belakangan menjadi paham resmi Arab Saudi, yang kemudian, berkat dana minyak, di-sebarluaskan ke seluruh dunia. Para pendukung paham ini menekankan pentingnya doktrin tauhid (mereka menyebut diri al-muwahhidun), yang salah satu eksesnya adalah pemurnian Islam dari apa yang oleh mereka disebut syirik. Karena fanatisme tinggi para pendukungnya, pada titiktertentu Wahabisme menerapkan takfir (meng-afirkan) atas kaum Muslim yang tidak sepaham dengan mereka.Memasuki abad ke-20, krisis yang melanda dunia Islam makin parah dengan makin intensifnya kolonialisme dan dibubarkannya kekhalifahan Utsmani pada 1924. Semua ini mempengaruhi pemikiran dan gerakan kaum Islamis.
Perang-perang melawan kolonialisme makin sering menggunakan Beragam variasi Islamis di atas juga dapat ditemukan di Indonesia, dengan corak lokal tertentu. Wahabisme amat terasa pengaruhnya pada gerakan Padri di Padang. Belakangan, dengan mengusung nama gerakan Salafi.Makalah ini akan mengkaji dua kelompok serta gerakannya yang dikenal dengan gerakan pemurnian Islam yakni Wahabi dan Paderi yang juga merupakan hasil pengaruh dari Wahabi di Indonesia.II.
Saat Islam jatuh ke jurang keruntuhan (abad ke-18), kerusakan budi dan moral amat parah. Pendidikan terhenti, pemerintahan menjadi despotis, kadang terjadi anarki, agama membeku, ketauhidan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW telah diselubungi khurafat, mesjid-mesjid ditinggalkan oleh golongan besar yang awam, azimat dan penangkal penyakit merajalela sebagai “kepercayaan baru” umat, menziarahi kuburan “orang-orang keramat” mentradisi, pemujaan terhadap “orang-orang suci” yang dijadikan sebagai “perantara” komunikasi dengan tuhan, menggejala.
Minum arak dan mengisap candu jadi hal biasa, pelacuran merajalela, dan akhlak merosot serta kehormatan diri rusak. Semenjak kecil Abdul Wahab amat tertarik mendalami agama. Pada tahap awal, ia belajar agama pada ayahnya sendiri, yaitu Abdul Wahab, seorang ulama Ahlussunah wal Jama’ah.
Pada usia remaja, seusai menunaikan ibadah haji, untuk kedua kalinya ia pergi ke Makkah untuk menuntut ilmu dan tinggal di sana. Di Madinah ia berguru pada dua orang ulama bernama Sulaiman al Kurdi dan Muhammad Hajad al Sindi.
Setelah itu, ia melanjutkan petualangannya ke Irak, tepatnya ke Basrah selama 4 tahun dan Baghdad 5 tahun. Dalam perantauannya, Abdul Wahab menyaksikan berbagai bentuk praktek agama yang – menurutnya – jauh menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Ia melihat maraknya pemujaan terhadap wali, kuburan, dan lain-lain.
Makalah Agama Islam
Salah satu aspek yang cukup mendapat perhatian dari Abdul Wahab adalah masalah taklid (mengikuti pendapat/paham orang lain secara membabi buta) yang merupakan sumber kebekuan atau kejumudan pemikiran Umat Islam sendiri. Padahal untuk memahami ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits, orang harus berijtihad.
Karena itu, pintu ijtihad tidak perlu ditutup. Ketika kembali ke Nejed Abdul Wahab bertekad untuk menyebarkan reformasi dan pemurnian Islam, menggedor pintu hati dan pikiran umat. Pada tahun 1714 M, di usia yang masih muda, ia memulai gerakan pembaharuannya berdasarkan ide-ide pembaharuan Islam Ibnu Taimiyah yang telah didalaminya melalui kitab-kitabnya. Lahirnya Wahabisme yang kata Rifyal Ka’bah dalam Islam dan Fundamentalisme (1984), menyalahkan pemujaan orang-orang shaleh dan menentang semua khurafat dan bid’ah. Wahabisme telah menjiwai gerakan untuk kembali pada monoteisme (tauhid) seperti yang ada di masyarakat Islam pada permulaan sejarah Islam. Istilah 'wahabi' sebenarnya bukan istilah baku dalam literatur Islam.
Dan pengindentifikasian wahabi kepada sebagian umat Islam pun kurang objektif. Dan orang-orang yang dijuluki sebagai 'wahabi' juga menolak penamaan ini kepada diri mereka.
Meski mereka pendukung Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, namun mereka bilang bahwa yang ulama adalah Muhammad, bukan Abdul Wahhab. Abdul Wahhab adalah ayahnya.Tetapi untuk memudahkan menyebutannya, untuk sementara bolehlah kita gunakan istilah ini, meski kita letakkan di tengah tanda kutip.
Kalau para ahli fiqih empat mazhab adalah pelopor di bidang ijtihad dan mereka hidup di awal perkembangan Islam, sekitar abad pertama dan kedua hijriyah, maka sosok Muhammad bin Abdul Wahhab adalah sosok yang hidup di akhir zaman, muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan berpikir pemikiran dunia Islam.Sekitar 2 abad yang lampau atau tepatnya pada abad ke-12 hijriyah. Intinya, apa yang beliau lakukan adalah menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan kepada pemurnian arti tauhid dari syirik dengan segala manifestasinya. Sementara fenomena sosial umat di zaman Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab sangat berbeda. Saat itu umat Islam sedang mengalami masa kemundurannya.Salah satu fenomenanya adalah munculnya banyak penyimpangan dalam praktek ibadah, bahkan menjurus kepada bentuk syirik dan bid'ah. Banyak dari umat Islam yang menjadikan kuburan sebagai tempat pemujaan dan meminta kepada selain Allah.
Kemusyrikan merajalela. Bid`ah, khurafat dan takhayyul menjadi makanan sehari-hari. Dukun, ramalan, sihir, ilmu ghaib seolah menjadi alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan umat Islam. Itulah fenomena kemunduran umat saat di mana Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab hidu saatitu.
Maka beliaumengajak dunia Islam untuk sadar atas kebobrokan aqidah ini. Dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dibantu oleh penguasa, kemudian melahirkan gerakan umat yang aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik, bid`ah dan beragam hal yang menyeleweng dari ajaran Islam yang asli. Dalam prakteknya sehari-harinya, para pengikutnya lebih mengedepankan aspek pelarangan untuk membangun bangunan di atas kuburan, menyelimutinya atau memasang lampu di dalamnya. Mereka juga melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang sudah mati, dukun, peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang ber-tawassul dengan menyebut nama orang shaleh sepeti kalimat bi jaahi rasul atau keramatnya syiekh fulan dan fulan. Memang ada sebagian dari pendukung atau sosok yang ditokohkan oleh para pendukung gerakanini yang secara tegas memisahkan diri dari mazhab mana pun. Katakanlah salah satunya, Syeikh Nasiruddin Al-Albani rahimahullah.
Beliau sejak muda telah mengobarkan semangat anti mazhab fiqih. Seolah mazhab-mazhab fiqih itu lebih merupakan sebuah masalah ketimbang solusi di mata beliau. Maka muncul perdebatan panjang antara beliau dengan para ulama fiqih mazhab.
Salah satunya perdebatan antara beliau dengan Syeikh Dr. Said Ramadhan Al-Buthy. Para ulama fiqih tentu tidak terima kalau dikatakan bahwa mazhab fiqih itu merupakan bentuk kebodohan, kejumudan, taqlid serta suatu kemungkaran yang harus diperangi. Sayangnya, sebagian dari murid-murid beliau ikut-ikutan memerangi para ahli fiqih dengan berbagai literatur mazhabnya dan hasil-hasil ijtihad para fuqaha'. Padahaldi sisi lain, pendapat-pendapat Syeikh Al-Albani pun tetap merupakan ijtihad dan tidak bisa lepas dari penafsiran dan pemahaman, meski tidak sampai berbentuk sebuah mazhab.Yang sering dijadikan bahan kritik adalah beliau melarang orang bertaqlid kepada suatu mazhab tertentu, namun beliau membiarkan ketika orang-orang bertaqlid kepadadirinya. Awalnya, oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan gerakan lainnya di benua India.
Namun para penerusnya kelihatan lebih mengkhususkan diri kepada bentuk penghancuran bid'ah-bid'ah yang ada di tengah umat Islam. Bahkan hal-hal yang masih dianggap khilaf, termasuk yang dianggap seolah sudah bid'ah yang harus diperangi. Mungkin memang sebagian umat Islam ada yang merasakan arogansi dari kalangan pendukung dakwah Wahabiyah ini. Hal itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal berikut. Di tengah gambaran yang serba negatif itu, Wahabiyah merupakan paham atau aliran keagamaan yang dianut dan diterapkan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi.
Pemerintah dan lembaga-lembaga Arab Saudi sering dianggap bertanggung jawab dalam penyebaran Wahabisme lewat pemberian dana dan bantuan lainnya kepada institusi, organisasi, dan kelompok Muslim di berbagai wilayah dunia. Mereka juga membagi-bagikan Alquran dan literatur Islam, khususnya buku-buku karya Syaikh Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab (1702/3-1791/2), Ibn Taymiyyah (1263-1328). Ibn 'Abd al-Wahhab adalah pendiri aliran Wahabiyyah yang sejak abad ke-18 menguasai lanskap keagamaan di Arabia; sedangkan Ibn Taymiyyah terkenal sebagai ulama yang sangat menekankan pentingnya bagi kaum Muslimin untuk kembali kepada Islam yang 'murni' yang bersih dari bid'ah, khurafat, dan takhayul. Meski di banyak kalangan Barat, Wahabiyah digambarkan secara negatif dan dipandang bertanggung jawab atas tindakan kekerasan dan terorisme tertentu, pemerintah dan kalangan elite penguasa Arab Saudi memiliki hubungan erat dengan elite politik Amerika, khususnya dari Partai Republik.
Banyak buku dan literatur tentang kedekatan keluarga kerajaan Saudi dengan keluarga Bush, sejak dari Presiden Bush Senior (George H) dan Presiden Bush Yunior (George W) yang menduduki kursi kepresidenan AS dalam dua periode terakhir. Begitu dekatnya kedua belah pihak ini, sehingga muncul sebutan, 'House of Saud and House of Bush'. Seberapa besar pengaruh Wahabiyyah di Dunia Islam secara keseluruhan pastilah tidak mudah dijawab. Meski pada pihak lain, kita bisa menyaksikan terus adanya kelompok-kelompok Muslim yang menyerukan kepada kaum Muslimin untuk kembali kepada Islam 'murni' yang belum tercampur dengan berbagai paham dan praktik lain, baik yang berasal dari kalangan Muslim sendiri maupun yang bersumber dari tradisi lokal.
Tetapi jelas pula, sebagian besar kelompok Muslim seperti ini tidak mesti merupakan warga Wahabiyah. Di kawasan Asia Tenggara, Wahabisme tidak pernah populer. Memang, ada gerakan Padri di Minangkabau pada abad ke-19 yang dengan kekerasan memaksa kaum Muslimin di wilayah tersebut meninggalkan paham dan praktik Islam yang tercampur dengan tradisi lokal, dan sebaliknya agar mereka menjalankan Islam 'murni'. Meski gerakan Padri berhasil memperkuat elemen Islam dalam sistem sosial dan adat Minangkabau, Wahabisme tidak pernah menjadi aliran dominan di Sumatra Barat, apalagi di daerah-daerah lain di nusantara. Dari beberapa sumber literatur Islam diketahui gerakan Salafi atau dikenal juga dengan nama Wahhabi muncul pertama kali di Arab Saudi. Istilah Wahhabi berkait dengan nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahhab. Substansi dakwah-dakwah Salafiyah senantiasa menyeru pada pemurnian akidah Islam.
Wahhabian pun disebut sebagai salah satu pelopor gerakan pembaruan pemikiran Islam. Ditengarai, setelah Imam-imam Besar, pemikiran kritis Islam mengalami kemandekan. 'Salafi berupaya mereformasi dengan kembali pada sumber murni Islam.5. Pongkinangolngolan merantau ke Minangkabau dan bekerja pada Datuk Bandaharao Ganggo. Pada waktu Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik tiga tokoh pembaharuan abad ke-19 baru kembali dari Mekah, mereka mempersiapkan tentara untuk ekspansi gerakan Mashab Hambali ke Mandailing mendapat dukungan Tuanku Nan Renceh. Karib Datu Bandaharao. Renceh terkesima dengan mengetahui nasib dan silsilah Pongkinangolngloan.
Pongkinangolngolan rupanya sangat baik digunakan dalam rangka merebut dan menduduki tanah Batak. Oleh Tuanku Nan Renceh, Pongkinangolngolan diberi nama Panglima Umar bin Katab. Sebagai perwira Paderi, Pongkinangolngolan diangkat dengan gelar Tuanku Rao. Alasan yang dikemukakan mengagetkan, sekaligus ironis. Imam Bonjol bertanggung jawab atas pembantaian lokal.
Gerakan Padri diketahui sebagai gerakan anti-Belanda, tapi tujuan utamanya memurnikan syariat Islam. Kelompok Padri berpaham Wahabi itu ingin Islam di Sumatera Barat bersih dari unsur kultural.
Sayangnya, pemurnian memakan korban besar. Keluarga Istana Pagaruyung dijagal, di Tanah Batak terjadi pembunuhan massal. Dalam tragedi itu disebutkan banyak perempuan dirampas, diperjualbelikan.